Judul : Study Kelayakan Bisnis (KEWIRAUSAHAAN)
link : Study Kelayakan Bisnis (KEWIRAUSAHAAN)
Study Kelayakan Bisnis (KEWIRAUSAHAAN)
Studi kelayakan merupakan salah satu mata kuliah (study) terapan yang bersifat aplikatif.
Studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan suatu proyek yang akan dijalankan disebut Studi Kelayakan Proyek, sedangkan studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan suatu usaha disebut ”studi kelayakan bisnis”.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Study Kelayakan Bisnis
Kata Pengantar....................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................. 2
BAB I : Pendahuluan......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang............................................................................. 3
1.2 Tujuan Analisis Kelayakan.......................................................... 3
1.3 Manfaat Suatu Studi Kelayakan Usaha Menyangkut Tiga Aspek 3
BAB II : ISI........................................................................................................ 4
II.1 Pentingnya Study Kelayakan Bisnis............................................. 4
II.2 Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha...................................... 4
II.3 Aspek-aspek dalam Penilaian....................................................... 6
1. Aspek hukum........................................................................... 6
2. Aspek Pasar dan Pemasaran...................................................... 7
3. Aspek Keuangan....................................................................... 7
4. Aspek Teknik/ Operasi............................................................. 8
5. Aspek Manajemen Organisasi................................................. 10
6. Aspek Ekonomi Sosial............................................................ 10
II.4 Metode Penilaian Investasi......................................................... 11
1. Payback Period (PP)................................................................ 11
2. Net Present Value (NPV)........................................................ 12
3. Internal Rat of Return (IRR)................................................... 12
4. Profitability Index (PI)............................................................ 13
II.5 Perbandingan Antara NPV, IRR dan PI................................... 13
II.6 Evaluasi dan Persiapan Bisnis Baru.......................................... 14
BAB III : PENUTUP.......................................................................................... 17
III.1 Kesimpulan................................................................................. 17
III.2 Daftar Pustaka........................................................................... 18
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bisnis yang akan dijalankan diharapkan dapat memberikan penghasilan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan usaha.Artinya, jika diihat dari segi bisnis, suatu usaha sebelum dijalankan harus dinilai pantas atau tidak untuk dijalankan. Pantas artinya layak atau akan memberikan keuntungan dan manfaat yang maksimal.
Agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai keinginan, apapun tujuan perusahaan(baik profit, sosial, maupun gabungan dari keduanya), apabila ingin melakukan investasi, terlebih dahulu hendaknya dilakukan sebuah studi.
I.2 Tujuan Analisis Kelayakan
Tujuan analisis kelayakan usaha antara lain sebagai berikut :
·Mengetahui tingkat keuntungan terhadap alternatif investasi.
·Mengadakan penilaian terhadap alternatif investasi.
·Menentukan prioritas investasi, sehingga dapat dihindari investasi yang hanyamemboroskan sumber daya.
1.3 Manfaat Suatu Studi Kelayakan Usaha Menyangkut Tiga Aspek, yaitu:
1. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi usaha itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah usaha tersebut dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko usaha tersebut.
2. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi Negara tempat usaha itu dilaksanakan (sering disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukkan manfaat usaha ter-sebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha.
BAB II. ISI
II.1 Pentingnya Study Kelayakan Bisnis
Study kelayakan bisnis disebut juga analisis proyek bisnis, yaitu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Study ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan roses pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Terdapat dua analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui layak/tidaknya suatu bisnis dimulai atau dikembangkan, yaitu:
1. Study kelayakan usaha (fealibility study of businesses)
2. Analisis SWOT
Hasil study kelayakan bisnis pada prinsipnya bisa digunakan untuk:
1. Merintis usaha baru
2. Mengenmbangkan usaha yang sudah ada
3. Memilih jenis usaha atau investasi yang paling menguntungkan
II.2 Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha mencakup beberapa aspek antara lain:
1. Tahap Penemuan Ide atau Perumusan Gagasan
Dalam tahap ini wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi dalam bentuk pemikiran dan kemungkinan-kemungkinan bisnis apa saja yang paling memberikan pluang untuk dilakukan dan menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang.
2. Tahap Memformulasikan Tujuan
Dalam tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi
3. Tahap Analisis
Tahap ini merupakan tahap penelitian, yaitu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu keputusan.
Adapun aspek-aspek yang diamati dan dicermati adalah:
· Aspek hukum
· Aspek Pasar dan Pemasaran
· Aspek Keuangan
· Aspek Teknik/Operasi
· Aspek Manajemen/Organisasi
· Aspek Ekonomi Sosial
· Aspek Lingkungan
4. Tahap Keputusan
Merupakan tahap akhir yang merupakan pembuatan keputusan untuk melaksanakan atau tidak suatu bisnis.
|
|
|
|
|
|
Gambar Proses Study Kelayakan Bisnis:
II.3 Aspek-aspek dalam Penilaian
Tahap-tahap dalam pembuatan dan penilaian studi kelayakan hendaknya dilakukan secara benar dan lengkap. Setiap tahapan memiliki berbagai aspek yang harus diteliti, diukur dan dinilai sesuai dengan ketentuan.
Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan adalah:
1. Aspek hukum
Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai ijin-ijin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen sangat penting karena hal ini merupakan dasar hukum yang harus dipegang, apabila di kemudian hari timbul masalah. Keabsahan dan kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut.
Dokumen yang diperlukan meliputi:
· Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris
· Bentuk badan usaha, serta keabsahannya dan bentuk badan usaha tertentu, seperti PT dan Yayasan harus disahkan oleh Departemen Kehakiman
· Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
· Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Selain itu juga dibutuhkan beberapa dokumen penting lainnya, antara lain:
· Bukti diri (KTP/SIM)
· Sertifikat tanah
· Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Setiap usaha yang akan dijalankan harus memiliki pasar yang jelas. Dalam aspek pasar dan pemasaran, hal-hal yang perlu dijabarkan adalah;
· Ada-tidaknya pasar (konsumen)
· Seberapa besar pasar yang ada
· Peta kondisi pesaing, terutama untuk produk yang sejenis
· Perilaku konsumen
· Strategi yang dijalankan untuk memenangkan persaingan dan merebut pasar yang ada.
Untuk mengetahui ada-tidaknya pasar dan seberapa besarnya pasar, serta perilaku konsumen, maka perlu dilakukan riset pasar, dengan cara:
· Melakukan survey dengan terjun langsung ke pasar untuk melihat kondisi pasar yang ada. Dalam hal ini untuk mengetahui jumlah pembeli dan pesaing.
· Melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang dianggap memegang peranan. Dalam hal ini melakukan wawancara kepada pesaing secara diam-diam.
· Menyebarkan kuesioner ke berbagai calon konsumen untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen saat ini. Dalam hal ini untuk mengetahui jumlah konsumen, daya beli dan selera.
· Menawarkan produk dengan pemasangan iklan, seolah-olah produknya sudah ada. Dalam hal ini untuk melihat respon konsumen, waluapun produknya harus pesan terlebih dahulu. Perlu diketahui bahwa, di dalam pasar, sebesanrnya dapat dibagi menjadi 2 kelompok pasar, yaitu:
3. Aspek Keuangan
Dalam aspek keuangan, hal-hal yang perlu digambarkan adalah jumlah investasi, biaya-biaya dan pendapatan yang akan diperoleh. Besarnya investasi berarti jumlah dana yang dibutuhkan, baik untuk modal investasi pembelian aktiva tetap maupun modal kerja, selain itu juga biaya-biaya yang diperlukan selama umur investasi dan pendapatan. Untuk dapat melakukan penilaian investasi, maka sebuah perusahaan harus memubuat laporan keuangan. Adapun fungsi laporan keuangan, adalah:
· Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva
· Memberikan informasi tentang jumlah kewajiban, jenis-jenis kewajiban dan jumlah modal
· Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapat yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan
· Memberikan informasi tentang jumlah biaya yang dikeluarkan berikt jenis-jenis biaya dalam periode tertentu
· Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dalam aktiva kewajiban dan modal di dalam suatu perusahaan
· Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil-hasil laporan keuangan yang disajikan.
4. Aspek Teknik/Operasi
Dalam aspek teknis atau operasi, hal-hal yang perlu digambarkan adalah:
· Lokasi usaha
Lokasi merupakan tempat melayani konsumen. Dengan demikian, maka perlu dicari lokasi yang tepat sebagai tempat usaha, karena akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan
Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan, baik jumlah dan kualitasnya. Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atau bahan penolong dalam jumlah yang diinginkan secara terus-menerus. Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha karena biasanya sudah diperhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu-waktu Memiliki nilai atau harga ekonomi yang lebih tinggi di masa yang akan datang Meminimalkan terjadinya konflik, terutama dengan masyarakat dan pemerintah setempat
· Penentuan layout/tata letak
Penentuan layout perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan, keindahan, efisiensi, biaya, fleksibilitas.
Dengan pertimbangan di atas, maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut:
Ruang gerak untuk beraktivitas dan pemeliharaan memadai. Artinya suatu ruangan didesain sedemikian rupa, sehingga tidak terkesan sumpek. Kemudian layout juga harus memudahkan untuk melakukan pemeliharaan ruangan atau gedung. Pemakaian ruangan menjadi efisien. Artinya pemakaian ruangan harus dilakukan secara optimal, jangan sampai ada ruangan yang menganggur atau tidak terpakai karena hal ini akan menimbulkan biaya bagi perusahaan. Aliran material menjadi lancar. Artinya jika layout dibuat secara benar, maka produksi menjadi tepat waktu dan tepat sasaran. Layout yang tepat memberikan keindahan, kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik, sehingga memberikan motivasi yang tinggi kepada karyawan. Di samping itu, pelanggan pun betah untuk bertransaksi atau berurusan dengan perusahaan.
· Teknologi yang digunakan
Teknologi yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini dan yang akan datang, serta harus disesuaikan dengan luas produksi, supaya tidak terjadi kelebihan kapasitas.
· Volume produksi
Volume produksi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas. Volume operasi yang berlebihan akan menimbulkan masalah dalam penyimpanan, sedangkan volume produksi yang kurang akan menyebabkan hilangnya pelanggan.
· Bahan baku dan bahan penolong
Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan harus sesuai dengan volume produksi.
· Tenaga kerja
Meliputi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan kualifikasi yang sesuai dengan pekerjaan yang ada agar penyelesaian pekerjaan bisa lebih cepat, tepat dan hemat.
5. Aspek Manajemen/Organisasi
Dalam aspek manajemen dan organisasi, yang perlu diteliti dan dinilai adalah:
· Pemilik usaha (jumlah dan komposisi modal)
· Pengelola usaha dengan jumlah serta kualifikasi (pendidikan dan pengalaman)
· Sturuktur organisasi dan gambaran mengenai jabatan
· Rencana kerja seperti pencapaian target, sasaran dan tujuan
6. Aspek Ekonomi Sosial
Gambaran dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Dampak ekonomi meliputi:
· Jumlah tenaga kerja yang tertampung, baik yang bekerja di pabrik maupun masyarakat yang di luar pabrik
· Peningkatan pendapatan masyarakat
Demikian pula, perusahaan perlu mencamtumkan dampak sosial yang ada dalam hasil penelitian. Dampak sosial yang muncul akibat adanya usaha berupa tersedianya sarana dan prasarana, antara lain:
· Pembangunan jalan
· Penerangan
· Sarana telepon
· Sarana air minum
II.4 Metode Penilaian Investasi
· Konsep Nilai Waktu Uang
Konsep ini penting, karena merupakan dasar untuk:
1. Menghitung harga saham
2. Menghitung harga obligasi
3. Memahami metode Net Present Value
4. Melakukan analisis komparatif antara beberapa alternative
5. Perhitungan bunga dan tingkat keuntungan
6. Perhitungan amortisasi hutang
Untuk mengetahui layak tidaknya suatu investasi yang dilakukan dan menguntungkan
secara ekonomis, maka dapat digunakan 4 kriteria penilaian, yaitu:
1. Payback Period (PP)
Periode waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi pada suatu proyek.
Karakteristik:
a. Tidak ada batas waktu yang jelas, semuanya tergantung pada pemilik modal. Namun pada umumnya, payback period yang pendek lebih disukai.
b. Keuntungan dari metode payback period adalah:
· Mudah dihitung dan dimengerti
· Dapat memberikan informasi mengenai risiko dan likuiditas proyek. (Proyek yang payback period-nya pendek mempunyai risiko yang rendah dan likuiditas yang lebih baik)
c. Kelemahan dari metode payback period adalah mengabaikan arus kas setelah terjadinya payback period dan nilai waktu uang.
2. Net Present Value (NPV)
Merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi
Karakteristik:
a. NPV bernilai nol atau positif, berarti PV dari arus kas masuk sama dengan atau lebih besar dari PV dari arus kas keluar. Dengan demikian, apabila NPV suatu proyek bernilai negatif, maka proyek tersebut harus ditolak. Namun bila suatu proyek bersifat mutually exclusive, maka proyek yang dipilih adalah yang memiliki NPV yang bernilai positif paling besar
b. NPV sebesar nol menunjukkan bahwa arus kas proyek tepat cukup untuk:
· Membayar kembali modal yang diinvestasikan
· Menyediakan tingkat keuntungan yang disyaratkan pada modal.
c. NPV bernilai positif, maka arus kas proyek akan menghasilkan suatu sisa keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik usaha.
d. Metode NPV dipandang sebagai pengukur profitabilitas suatu proyek yang terbaik, karena memfokuskan pada kontribusi pada kemakmuran pemilik usaha.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Atau suatu tingkat diskonto yang menyamakan present value cash inflow dengan present value cash outflow. Atau suatu tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol. Juga dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan yang diperkirakan akan dihasilkan oleh suatu proyek.
Karakteristik:
a. Jika IRR lebih besar atau sama dengan project cost of capital, maka proyek sebaiknya diterima. Hal ini disebabkan IRR merupakan suatu tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu proyek. Sedangkan project cost of capital adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan. Sehingga, bila IRR lebih besar dari biaya modal proyek, maka proyek dapat membayar biaya modal proyek dan tetap menghasilkan suatu surplus keuntungan yang dinikmati oleh pemilik usaha.
b. Jika IRR sama dengan biaya modal proyek, maka proyek diperkirakan akan menghasilkan keuntungan sebesar yang disyaratkan oleh pemilik usaha.
c. Jika terdapat 2 proyek yang bersifat mutually exclusive, maka proyek yang memiliki nilai IRR yang lebih tinggi sebaiknya yang dipilih, dengan asumsi IRR kedua proyek lebih besar atau sama dengan biaya modal proyek.
4. Profitability Index (PI)
Merupakan rasio yang mngukur dengan membandingkan antara penerimaan bersih yang akan datang dengan nilai sekarang, dengan pngeluaran investasi selama umur investasi.
Karakteristik: Suatu proyek akan diterima, apabila nilai PI adalah sama atau lebih besar dari 1. Artinya jika PI sama atau lebih besar dari 1, maka PV penerimaan sama atau lebih besar dari nilai PV pengeluaran.
II.5 Perbandingan Antara NPV, IRR dan PI
· Secara matematis, NPV, IRR dan PI selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau manolak proyek-proyek yang independent (bukan mutually exclusive). Dua proyek disebut independent, jika keputusan terima/tolak proyek yang satu tidak mempengaruhi keputusan terima/tolak proyek lainnya.
· Untuk 2 proyek yang bersifat mutually exclusive:
a. Jika terjadi konflik antara NPV dan IRR, maka yang dipilih adalah NPV, karena Opportunity cost (biaya kesempatan) dari arus kas suatu proyek adalah biaya modal proyek tersebut. Jika menanamkan uang pada suatu proyek, maka akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari proyek yang lain. Opportunity cost adalah sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada proyek (required rate of return) atau sebesar biaya modal proyek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tentang tingkat penggandaan atau investasi kembali arus kas proyek yang benar adalah sebesar biaya modal seperti yang digunakan dalam perhitungan NPV.
b. Jika terjadi konflik antara NPV dan PI, mala yang dipilih adalah NPV, karena perhitungan PI bersifat proposi, bukan angka absolut.
II.6 Evaluasi dan Persiapan Bisnis Baru
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa sebelum suatu usaha baru dimulai, maka terlebih dahulu harus disiapkan suatu rencana usaha yang baik dan diadakan suatu evaluasi. Suatu rencana usaha yang baik, biasanya berisikan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Ringkasan pelaksanaan usaha
· Kegiatan pokok perusahaan dan sistem pengelolaan
· Ciri-ciri dari produk
· Ukuran pasar dan potensi pasar
· Ringkasan proyeksi keuangan
· Jumlah dana yang diperlukan dan penggunaannya
2. Deskripsi usaha
· Visi dan misi perusahaan
· Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
· Struktur usaha
· Bentuk perusahaan
3. Produk dan pelayanan-pelayanan yang akan disajikan
· Produk yang akan disajikan
· Keunggulan produk
· Peluang pengembangan produk
· Keunggulan dalam pengembangan produk
4. Analisis industri
· Kecenderungan industri yang disenangi
· Lingkungan industri yang berpengaruh
· Ijin dan peraturan untuk membangun industri
· Ukuran industri yang akan didirikan
· Keunggulan dan kelemahan industri baru
5. Analisis pasar
· Target pasar
· Kebutuhan pelanggan
· Potensi dan perkiraan penjualan untuk setiap target penjualan
· Perkiraan perolehan pangsa pasar dari suatu usaha yang akan dicapai
6. Strategi pemasaran
· Lokasi pemasaran
· Saluran distribusi dan jaringan usaha yang dipilih
· Personal yang akan melakukan penjualan
· Kebijakan harga yang sesuai
· Tujuan promosi, sasaran promosi, dan rencana untuk mencapai tujuan
7. Pengelolaan
· Penentuan tugas dan tanggung jawab masing-masing
· Keahlian khusus masing-masingn yang diperlukan
· Bentuk struktur organisasi pengelolaan
8. Operasi usaha
· Kebutuhan karyawan
· Sistem dan prosedur operasi
· Tata ruang dan denah rencana
· Keperluan perlatan dan biaya
· Keperluan inventory
· Biaya operasi yang diperlukan
9. Proyeksi keuangan
· Jumlah modal yang dimiliki
· Jumlah dan jenis sumber keuangan
· Rencana penggunaan dana
· Proyeksi aliran kas dan proyeksi pendapatan
BAB III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Melalui sistem study kelayakan bisnis tersebut tujuan perusahaan untuk meningkatkan kemampuan laba akan dapat dicapai. Agar kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik dan bermanfaaaat, maka harus direncanakan sebaik-baiknya. Rencana usaha yang baik harus kongkrit dan ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan usaha itu dilaksanakan secara operational.
Beberapa yang menyebabkan kegagalan tersebut sebenarnya dapat diantisipasi jauh sebelum keputusan dilakukan. Dengan mengantisipasi rencana study kelayakan bisnis secara mendalam pengusaha akan mendapatkan gambaran hambatan apa saja yang mungkin timbul.
III.2 Daftar Pustaka
Demikianlah Artikel Study Kelayakan Bisnis (KEWIRAUSAHAAN)
Sekianlah artikel Study Kelayakan Bisnis (KEWIRAUSAHAAN) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Study Kelayakan Bisnis (KEWIRAUSAHAAN) dengan alamat link https://soeltonyahmad.blogspot.com/2015/11/study-kelayakan-bisnis-kewirausahaan.html